BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif,
Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain yakni teknik “NON TES”.
Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada (Sudijono,2009). Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif. Berikut ini akan dijelaskan tentang resume pengertian, bentuk-bentuk non-tes, dan beberapa contoh dalam pelaksanaan teknik non tes.
Teknik non tes jarang dilakukan mengingat waktu yang diperlukan juga banyak dan juga persiapan yang lebih daripada evaluasi menggunakan tes. Namun kepentingan yang ada membuta teknik evaluasi non tes ini juga penting
B. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian teknik evaluasi non tes.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi non tes.
C. Manfaat Makalah
1. Untuk memberikan pengetahuan tentang pengertian teknik evaluasi non tes.
2. Untuk memberikan pengetahuan tentang jenis-jenis evaluasi non tes.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Teknik penilaian non tes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan Panca indera (Widiyoko, 2009)
B. Jenis-jenis teknik non tes
Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai keperibadian anak secara menyeluruh meliputi:
1. Pengamatan (observation)
Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
a. Tujuan utama observasi antara lain :
1) Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan
2) Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill)
3) Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya
b. Karakteristik Observasi
1) Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
2) Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.
3) Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
4) Praktis penggunaannya.
c. Pembagian Observasi
Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1) Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
2) Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
1) Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
2) Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3) Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
d. kelebihan Dan Kekurangan Observasi
Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain:
Kelebihan
1) Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.
2) Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.
3) Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.
4) Tidak terikat dengan laporan pribadi.
Kekurangan
1) Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
2) Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
3) Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
e. Pedoman penyusunan observasi
Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut Arifin (2009) adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan observasi
2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
3. Menyusun pedoman observasi
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi
6. Merefisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
Berikut ini contoh format observasi
Nama Sekolah : ………………
Mata Pelajaran : ………………
Bahan Kajian : ………………
Nama Guru : …………..
Hari/tanggal : ……………
Pukul : …………………
A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukut kemampuan guru mengelola pembelajaran askeb I (kehamilan) di kelas dengan model konstad
B. Petunjuk
1) Objek penilaian adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas
2) Bapak/ibu dapat memberikan penilaian, dengan cara member tanda cek (√) pada lajur yang tersedia
3) Makna angka penilaian adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup baik); 4 (baik)
No | Aspek yang diamati/penilaian | Skala Penilaian | |||
1 | 2 | 3 | 4 | ||
I. | Fase Persiapan Mental | ||||
a. Menyampaikan secara lisan hasil belajar dan indikator ketercapaian hasil belajar dan jika perlu member penjelasan | |||||
b. Memotivasi mahasiswa dengan cara member informasi tentang pentingnya mengenal manfaat bahan kajian untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lainnya maupun kehidupan sehari-hari | |||||
c. Memberitahukan beberapa pokok materi yang perlu dipahami mahasiswa yaitu pengetahuan prasyarat yang diaktifkan dan bagaimana mahasiswa dapat menggunakan pemahaman itu untuk mencapai hasil belajar | |||||
II. | Fase Advance Organizer | ||||
a. Mengaktifkan pengetahuan prasyarat mahasiswa dengan cara : | |||||
1. Mempersilahkan mahasiswa membaca bagian tertentu buku mahasiswa | |||||
2. Melakukan komunikasi interaktif dengan mahasiswa. Materi inti dalam komunikasi interaktif ini termuat dalam lembar Advance Organizer (LAO) | |||||
b. Mengaktifkan pola berpikir mahasiswa agar lebih terfokus pada bagaimana mengonstruksikan pengetahuan baru. | |||||
III. | Fase Konstruksi Pengetahuan Baru | ||||
a. Penyampaian masalah dalam wujud tertulis kepada mahasiswa dengan cara : | |||||
1. Menyerahkan LKS dan memberi penjelasan tentang bekerja dengan LKS tersebut | |||||
2. Mempersilahkan mahasiswa membuka buku mahasiswa pada bagian tertentu | |||||
b. Memberi kesempatan pada mahasiswa utnuk menyelidiki masalah dengan cara mempersilahkan mahasiswa membaca LKS yang sudah diberikan. Dosen memantau mahasiswa yang sedang menyelidiki masalah | |||||
c. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memecahkan masalah dengan mengisi LKS, selanjutnya dosen berkeliling kelas memantau aktifitas mahasiswa dan jika perlu member masukan kepada mahasiswa secara individu. Dalam hal ini dosen tidak memberikan jawaban kepada mahasiswa tetapi dosen mengiuti jawaban mahasiswa. | |||||
d. Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan klarifikasi ide dengan cara: | |||||
1. Mempersilahkan mahasiswa duduk dengan formasi kelompok | |||||
2. Mempersilahkan mahasiswa berdisukusi dalan kelompoknya tentang hasil yang dicapai dalam mengisi LKS. Mengikuti diskusi mahasiswa dan member masukan berdasarkan jawaban mahasiswa | |||||
3. Mempersilahkan wakil dua kelompok yang dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil disukusi | |||||
IV | Fase Penguatan Kognitif Baru | ||||
Menguji gagasan baru yang dikonstruksikan mahasiswa dengan cara : | |||||
a. Memersilahkan mahasiswa mengerjakan soal tantangan yang sudah ditentukan dalam RP dan memantau pekerjaan mahasiswa | |||||
b. Membahas bersama mahasiswa soal yang tidak dapat dipecahkan oleh kebayakan mahasiswa | |||||
c. Melakukan penarikan kesimpulan menyeluruh tentang pelajaran pada tatap muka ini | |||||
V | Pengelolaan Waktu | ||||
VI | Pengamatan suasana kelas : | ||||
a. Siswa antusias | |||||
b. Guru antusias | |||||
……………….,………………………… Pengamat/ Penilai ………………………………….. |
2. Wawancara (interview)
a. Pengertian
Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai.
Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi).
b. Pembagian wawancara
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
1) Wawancara terpimpin (guided interview)
Yaitu biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
2) Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (nonsystematic interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan evaluator dalam pelaksanaan wawancara antara lain ; evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.
d. Tujuan wawancara
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :
1) Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.
2) Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3) Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
e. Kelebihan Dan Kekurangan
Berbeda dengan observasi, wawancara memiliki kelebihan antara lain ;
1) dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu
2) mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber
3) Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula
4) Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan
5) Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
Namun, wawancara juga memiliki kelemahan antara lain :
1) memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya
2) dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara.
Contoh pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilaksanakan pada saat wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan :
1) Apakah mahasiswa mengalami kesulitan memahami petunjtuk baik arahan dari dosen atau petunjuk dari dalam LKS?
…………………………………………………………………………….
2) Pada saat mengalami kesulitan apakah mahasiswa berusaha betanya kepada teman lain atau kepada dosen?
……………………………………………………………………………
3) Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan mahasiswa agar dapat memahami materi pelajaran?
……………………………………………………………………………
4) Apakah mahasiswa mempunyai buku paket atau referensi yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas?
……………………………………………………………………………
5) Apakah mahasiswa selalu mengerjakan tugas-tugas dari dosen?
……………………………………………………………………………
6) Apakah materi pelajaran dirasakan mahasiswa tidak ada manfaatnya dalam kehidupannya kelak?
……………………………………………………………………………
7) Apakah mahasiswa di luar jam ataupun di rumah berusaha belajar dengan teman yang lain?
……………………………………………………………………………
8) Apakah menurut mahasiswa lingkunga di sekolah (di dalam dan di luar kelas) kondusif untuk belajar?
……………………………………………………………………………
9) Apakah orang tua mahasiswa di rumah menyuruh untuk belajar?
……………………………………………………………………………
10) Apakah mahasiswa mempunyai keinginan untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya?
……………………………………………………………………………
3. Kuesioner
a. Pengertian
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.
Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.
b. Tujuan kuesioner/ angket
Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
1) Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran matematika.
2) Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
3) Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
4) Membantu anak yang lemah dalam belajar.
5) Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika.
c. Jenis kuesioner
Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010)
1. Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
1) Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.
2) Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar.
3) Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta.
4) Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai.
2. Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu :
1) Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan.
2) Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan. Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri
3) Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative, diberi juga kesempatan keoada siswa/mahasiswa untuk mengemukakan alternative jawabannya sendiri, apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.
3. Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu :
1) Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta keterangannya.
2) Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta keterangannya).
d. Kelebihan dan kekurangan
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi, diantaranya yaitu:
1) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
1) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3) Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.
4. Riwayat Hidup
Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagaibahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.
Evaluasi cara ini mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya (Sudijono : 2009).
Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta
5. Studi kasus
a. Pengertian
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:
1) Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
2) Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
3) Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
b. Kelebihan dan kekurangan
Seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi dalam dunia pendidikan kita tidak hanya semata dapat menggunakan instrument tes. Namun, kita bisa menggunakan instrument tes dalam kegiatan pengukuran dan penilaian. Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebihlebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengikutnya.Bentuk-bentuk instrumren evaluasi non-tes seperti wawancara (interview), pengamatan (observation), angket (questionere), studi kasus, dan pemeriksaan dokumen (documentary
B. Saran
Diharapkan para pendidik dan calon pendidik memahami bahwa evaluasi non tes juga sangat penting disamping evaluasi tes. Karena dapat dinilai sikap, afektif dan psikomotorik dari mahasiswa sehingga dapat dijadikan panduan untuk meningkatkan kualitas kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arifin,Zaenal (2009), Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Arniatiu (2010). Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : Non-Publikasi.
Bahri Djamarah, Saiful (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta
Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT.
Rineka Cipta,
Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006).
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1 Widoyoko,S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT Remaja Rosdakarya :1 Widoyoko,S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi
0 komentar:
Post a Comment